Rabu, 08 Desember 2010

Aku Menulis

Sudah cukup lama aku tidak menulis. Tapi, entah mengapa pagi ini aku sangat berhasrat untuk menulis. Mungkin karena semalam aku membaca buku SOE HOK GIE (Catatan Seorang Demonstran).

Buku itu menginspirasiku untuk menulis kembali. Banyak yang aku dapatkan setelah membaca buku itu, meskipun aku baru membaca beberapa halaman. Aku dapat melihat betapa jiwa Soe begitu seperti malaikat yang datang pada saat yang tepat, dan kegelapan yang datang pada saat yang tidak diinginkan. Ya, kegelapan yang memang terlihat seperti halangan bagi kaum-kaum yang tidak menginginkan pencerahan, namun dia tetap saja malaikat yang meberikan kesejukan bagi kaum-kaum yang memang membutuhkan perubahan. Tidak hanya Soe, aku sekarang juga mengetahui adanya seorang anak muda religius yang tidak hanya memikirkan kaum seimannya saja, tetapi semuanya, dia adalah Ahmad Wahib. Seorang muda pada zamannya yang begitu kritis memikirkan keadaan bangsa pada saat itu, saat Indonesia masih bergembira mendapatkan kebebasannya, meskipun bisa dikatakan sebagai kebebasan yang semu.

Dua anak muda ini dapat menggambarkan keberadaan bhineka tunggal ika yang sebenarnya. Dimana, keduanya berasal dari keadaan dan latar belakang yang berbeda, berasal dari titiktolak yang berbeda, tetapi tetap memiliki satu tujuan yang sama. Perubahan yang nyata dalam sebuah Negara besar yang membutuhkan tindakan nyata yang besar dalam mencapai perubahan.

Dapat saya kutip dari buku SOE HOK GIE (catatan seorang demonstran) halaman 20:

“Yang menarik perhatian adalah bahwa keduanya berangkat dari titik tolak yang sangat berbeda. Wahib bertolak dari kesadaran religious. Soe Hok Gie berangkat deri sesuatu yang sekuler sifatnya. Dari titik berangkat yang berbeda dua-duanya bertemu dalam satu titik yaitu membangun masyarakat baru yang bermoral,terbuka dan manusiawi.”

Pagi ini aku mencoba untuk kembali membuka mata, hati, dan telinga. Aku membayangkan betapa tidak adanya perubahan yang berarti, meskipun Negara kita tercinta ini sudah merdeka berpuluh-puluh tahun yang lalu. Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin.

Sejujurnya, aku tidak begitu pandai dalam teori perekonomian Indonesia, tapi menurutku aku cukup peka melihat keadaan ekonomi Indonesia yang bergerak lambat. Kesenjangan antara si kaya dan si misikin tidak bisa dipecahkan oleh pemerintah, pendidikan bagus hanya untuk kaum yang memang memiliki kelebihan dalam penghasilannya, anak-anak jalanan tetap saja tidak mau bahkan tidak dapat bersekolah karena alasan biaya, dan Investor asing masih saja mengeruk kekayaan dari bumi pertiwi ini.

Aku tidak mengatakan bahwa orang-orang yang memegang kendali diatas sama sekali tidak becus mengurus Negara ini. Akupun sadar tidak gampang mengurus Negara yang telah porak poranda seperti pesawat yang sudah kehabisan bahan bakar, dan mengalami masalaha mesin ,sedangkan sang pilot meninggal dunia dan diagntikan dengan pilot lain yang masih bingung apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Sekali lagi saya katakana tidak mudah mengatur Negara ini menjadi lebih baik. Tapi tetap saja, saat ini kalianlah pilotnya, kalianlah yang harus mengambil kendali pesawat ini, kalianlah yang harusnya bertanggungjawab, karena kalian yang mengatakan SIAP membawa perubahan pada pesawat ini. Mengeluh bukanlah solusi dari semua masalah ini Bung. Kalian pemimpin yang mengeluh tidak ada bedanya dengan tukang becak yang mengeluh keletihan menjalankan hidup yang tidak berputar. Lantas apa bedanya pemimpin dan pengikutnya?

Aku menulis dengan apa yang aku lihat, aku dengar, dan aku rasakan. Jauh dari tekanan kepentingan. Aku adalah jiwa yang bebas mengatakan apa yang ingin aku katakan, menulis apa yang ingin aku tulis, dan bertindak sesuai dengan yang aku inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar